Kartini sang wanita pembawa perubahan di Indonesia. Dilahirkan dalam hidup penuh aturan. Wanita hanya dijadikan pembantu, dan pemuas nafsu. Lebih dari itu, wanita jaman dahulu hanya sebagai alat untuk memperkuat hubungan politik antar kepala suku.
Kebebasan hanya bisa dirasa dari balik pintu. Hanya menunggu waktu, jodoh yang pasti di restu. Restu memang nomor satu, tapi cinta? Ah... Wanita jaman dahulu tanpa cinta harus mau. Entah itu istri nomor satu, atau harus mau dimadu.
Dari balik pintu, Kartini rajin membaca buku. Membuka wawasan untuk sebuah perubahan. Kartini mengajarkan ke adik-adiknya tentang pentingnya ilmu. Ilmu yang tiada batas akan membawa perubahan untuk kaum wanita.
Kartini yang cerdas dan berwatak keras membuat dirinya berhasil menciptakan goresan tulisan yang indah dan kritis. Pujian datang untuk menyemangati kartini tetap menulis dalam keterbatasan.
Kartini memang orang yang berani melawan, melawan segala bentuk batasan yang menyudutkan kaum wanita dalam keterpurukan.
Keluarga berani kartini tentang, tak terkecuali ayah. Hingga ayahnya melakukan apapun yang penting kartini senang.
Omongan-omongan negatif mulai datang. Keluarga kartini dinilai sudah menciderai budaya yang suci. Caci maki membuat ayah kartini terbaring tak bisa apa-apa lagi.
Kartini wanita yang beruntung. Bertemu jodoh yang selalu mendukung.
Kini KARTINI hanya tinggal nama dan baju kebaya yang dipakai di hari lahirnya. Dimana KARTINI masa kini?
Hai para wanita masa kini...
Munculah sebagai the next kartini...
Jangan salahkan kartini...
Jika kebebasannya dulu engkau salah gunakan. Jika kebebasannya dulu engkau manfaatkan.
Jangan salahkan kartini...
Jika sekarang engkau hanya membuat beban orang tua. Jika sekarang engkau hanya membuat malu negara.
Bangkit dan buktikan. Engkau bisa menjadi lebih dari KARTINI yang dulu.
Engkau bisa menjadi KARTINI yang membuat bangga bangsa dan negara.
(terinspirasi dari film KARTINI)
0 Comments