Akhir-akhir ini di beberapa wilayah di Indonesia ramai berita mengenai anak remaja yang pergi dari rumah. Kepergian mereka dari rumah diduga karena bergabung dengan komunitas Punk.
Komunitas Punk hari ini masih memiliki citra buruk oleh kebanyakan masyarakat. Mereka dianggap sebagai komunitas yang kotor, penuh tattoo, pengamen jalanan, hingga sebagai generasi yang tidak memiliki masa depan jelas.
Pada 27 November kemarin, Erix Soekamti vokalis grup band Endang Soekamti merilis video di akun Youtubenya yang berjudul "KEGAGALAN PUNK".
Dalam video tersebut, Erix menjelaskan cerita perjalanan hidupnya yang berawal dari Punk, dan menjelaskan kondisi komunitas Punk saat ini. Erix menyebutkan bahwa "Punk Jaman sekarang virusnya sangat bahaya sekali untuk ditularkan tanpa ada landasan dasar kenapa kamu harus menjadi anak Punk".
Kemudian, Erix juga menjelaskan kenapa Punk identik dengan musik, dan kenapa harus musik Punk? apakah karena musik Punk menyuarakan Perlawanan? Pemberontakan?. Tidak Juga!!!.
Kita tahu, Iwan Fals? Iksan Skuter? Lirik mereka lebih frontal, lebih berani. Namun, mereka nyaman dengan diri mereka sendiri tanpa harus menjadi Punk.
Poin penting dalam video yang diunggah oleh Erix adalah, tentang 4 prinsip budaya punk yang kurang bisa diimplementasikan di Indonesia versi Endank Soekamti.
1. Prinsip Anti Kemapanan
Bagi Erix, anti kemapanan yang dimaksud bukan berarti tidak mau mapan atau tidak mau kaya. Namun melawan budaya masyarakat umum termasuk AGAMA. Bagi dia (red: Erix) itu tidak bisa dilakukan di Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Hal itu sudah dilakukannya melalui trip Indonesia untuk mengkampanyekan pelestarian budaya. Contoh lainnya adalah, budaya orang Indonesia dalam berpenampilan adalah menggunakan pakaian yang sopan, kalau di Jawa misal menggunakan batik atau kebaya.
Kini budaya tersebut sudah terkikis karena perkembangan zaman. Kenapa itu tidak diperjuangkan?
2. Prinsip Do It Your Self
Menurutnya, prinsip ini yang sangat relevan dan harus tetap dilakukan. Karena prinsip tersebut membawa pesan semangat untuk kemandirian. Dalam Grup Band Endank Soekamti, itu sudah dilakukan. Endank Soekamti merupakan Band Indie yang mempersiapkan segalanya secara mandiri. Mulai dari persiapan, pembuatan video klip, hingga pemasaran sudah dilakukan secara mandiri.
Namun hari ini, semangat itu mulai hilang dari komunitas Punk. Mereka banyak yang meminta-minta, seakan membutuh belas kasihan orang lain untuk bertahan hidup.
3. Prinsip Anarkis
Erix menjelaskan, apakah prinsip ini relevan atau tidak di Indonesia. Karena baginya, anarkisme memiliki arti masyarakat tanpa sistem pemerintahan. Lain halnya bagi Endank Soekamti yang memaknai Anarkis untuk mengkritisi Sistem Pendidikan di Indonesia. Erix menceritakan masa lalunya yang pernah merasakan gagalnya sistem pendidikan di Indonesia. Kemudian Erix mendirikan Does University, sebuah gerakan untuk melawan sistem pendidikan di Indonesia.
Ketika melihat di lapangan, masih banyak anak yang menelantarkan pendidikannya hanya demi menuruti egonya untuk menjadi bagian dari Punk. Sungguh ironis.
4. Prinsip Kesetaraan
Di Indonesia, prinsip ini sangatlah relevan. Indonesia memiliki budaya gotong royong, dan guyub bareng. Dalam Endank Soekamti, mereka memiliki gerakan Tirta Nusantara. Gerakan tersebut menginginkan bahwa di seluruh wilayah di Indonesia harus dapat menikmati air bersih yang sama.
Prinsip Kesetaraan bagi anak Punk yang seharusnya dapat membantu masyarakat dan membuat masyarakat senang. Namun, hari ini banyak keresahan masyarakat karena melihat anak Punk.
Hari ini Erix melihat komunitas Punk hanya memgang Prinsip Anti Kemapanan, itupun mereka aktualisasikan hanya melalui Fashion dan kebebasan yang lebih menjurus ke dalam kebebasan negatif. Fenomena seperti ini banyak dilakukan oleh mereka yang berumur kurang dari 22 tahun.
Lalu siapa yang jadi pemenang dan menikmati dari kejadi ini semua?
Bagi Erix, pemenangnya adalah mereka para pemain industri yang memanfaatkan "Kebesaran" Punk melalui kebutuhan untuk menunjang eksistensi komunitas Punk. Seperti, Baju, Sepatu, Aksesoris, sampai CD konser yang dibutuhkan oleh anggota Komunitas Punk.
Itulah yang memutuskan Erix untuk melakukan perlawanan terhadapa budaya perlawanan (Punk) dengan cara mengundurkan diri. Erix menjelaskan bahwasanay dirinya bukan punk, Endank Soekamti bukan Punk, dan Kamtis Family tidak harus nge-punk.
"Punk adalah budaya yang layak untuk dijadikan referensi dalam pencarian jati diri. Selebihnya, aku punya kedaulatan mutlak, aku punya porsi yang tinggi untuk menentukan jalan hidupku sendiri" -Erix Soekamti-
Yang penasaran videonya bisa klik :
KEGAGALAN PUNK
0 Comments